Nah gw mau sedikit cerita tentang
pekerjaan tadi dan orang-orangnya. Jadi ada sebuah perusahaan di bidang jasa
consultant community, persuhaan ini mengajukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan
besar untuk bekerjasama dibidang jasa consultan untuk kegiatan di CSR
perusahaan, mudahnya ya melaksanakan program2 CSR yang sesuai dengan kondisi
dan keadaan masyarakat disana. Nah salah satu kerjasamanya adalah dengan
perusahaan tambang diwilayah selatan Kalimantan. Program ini sudah berjalan
semanjak 2 tahun yang lalu dan sudah memberikan progress yang cukup baik
terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang ini.
Di wilayah ini dikawal oleh 1 tim
yang akan melaksanakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat. tahun pertama
berjalan cukup baik sehingga kerjasama dengan perusahan ini berlanjut. Pada tahun
pertama yang menjadi sorotan dari keberhasilan program adalah kami berhasil
membangun sebuah koperasi aneka usaha dengan unit unggulan di lembaga keuangan
mikronya. tahun pertama ini juga mendampingi masyarakat di 5 desa untuk
peningkatan ekonominya melalui program usaha-usaha mikro, baik itu dibidang
peternakan, pertanaian maupun perdagangan. Tahun pertama ini dikawal oleh 2
orang. Berjalannya waktu dan pada akhirnya tahun pertama selesai, perusahaan
tambang juga cukup senang dengan keberhasilan tahun pertama ini, selanjutnya
kontrak diperpanjang kembali selama dua tahun. Dengan penambahan waktu kerja ini,
maka ditambah desa binaan baru sebanyak 2 desa sehingga total desa binaan
menjadi 7 orang, nah seluas itu pula wilayah dampingannya, maka tim ditamabah
menjadi 3 orang, sehingga total seluruh pendamping dalam 1 tim ini menjadi 5
orang. 1 orang coordinator lapangan, 1 orang manajer koperasi, dan 3 orang
pendamping dilapangan. Pelaksanaan semakin menunjukkan hasil yang memuaskan,
apresiasi yang besar disampaiakan oleh manejeman perusahaan, usaha-usah yang
dibangun dimasyarakat menunjukkan dampak yang baik bagi perubahan ekonomi
mereka.
Di satu sisi masyarakat juga
sangat berterima kasih dengan adanya program ini, masyarakat pun semakin dekat
dengan pendamping program di desanya masing-masing. Sudah dikenal mengalahi
populernya kepala desa. Kedektan ini muncul dari kesederhanaan para pendamping
program ini, mereka makan seadanya, tinggal bersama masyarakat dengan sarana
yang terbatas, mengikuti kegiatan masyarakat, seperti ke ladang, sama2 menanam
padi atau ikut kegiatan memancang. Kdeikutsertaan ini juga yang semakin
mambnagun kedekatan ke masyarakat. saya saja sudah dianggap anak oleh bapak
ditempat saya menginap. Entahlah mereka saja berharap saya untuk terus tinggal
di desa ini, setelah sebelumnya saya sudah menyampaikan bahwa program ini tidak
akan lama dan suatau saat masyarakat harus mandiri untuk mengembangkan usaha
ini. Bahkan dibecandain, mau disiapkan
calon pendamping biar bertahun disini terus. Waduh, bisa ga pulang2 saya, he he
Atau kisah coordinator pendamping
program ini yang sudah banyak kegiatan bersama masyarakat, seperti kegiatan
olehraga atau hiburanlainnya. Misalnya olahraga tenis meja atau bulu tangkis,
bahkan teman mainnya itu tidak mau kehilangan partner olahraga. Segitunya ya,
he he Dan cerita2 kedakatan pendamping lainnya. canda-tawa masyarakat dengan pendamping akan
menjadi cerita tersendiri yang tidak akan dilupakan. Arahan2 pendamping yang perlahan dengan penuh
kesabaran muali diterima masyarakat, koreksi, kritik dan saran dari pendamping
yang mulai di dengar. Semua itu dilakukan bukan dengan waktu yang singkat
setidaknya dalam jangka waktu 1 tahun.
Nah utnuk itu beban moral ketika
harus meninggalkan desa dampingan ini ketika belum tuntas memberikan manfaatnya
dan membuat masyarakat lebih mandiri. Hal ini lah yang menjadi ke “galauan”
kami bahwa tinggal masa 1 tahun ini, dan masa ini tahap pemandirian masyarakat
terhadap usaha-usahanya, disaat itu lah sebagian besar dari kami malah bersiap
mundur dari program karena berbagai alasan. Kami harus pulang ke darah asal
masing2 dengan alasan yang sangat kuat dan sepertnya tidak bisa ditolak. Bisa dperkirakan
setidaknya 4 orang pendamping akan benar2 meninggalkan program ini sebelum masa
program berakhir. Namun masih ada coordinator lapanagan kami yang belum
mengambil keputusan, tapi dari prediksi saya si, beliau msaih tetap akan
bertahan mengawal program ini hingga selesai, dengan pertimbangan merupakan bagian
dari manajemen diperusahaan konsultan ini, tidak adanya tuntutan kelurga, juga
tidak terlalu berambisi dengan salary dan posisi, apalagi pihak manajemn
sanagat berharap sekali untuk masih dikawal. Namun jika ditinggalkan oleh
seluruh pendamping apa iya harus “jungkir balik” sendiri.
Namun jika itu pun terjadi arti
semua pendamping dan kordinator harus mennggalkan program lebih dulu , maka
istilahnya adalah “bedol desa”, seluruh tim pindah ke daerah asalnya masing2
dan diganikan dengan tim yang baru. Nah bagi tim kami ini yang menjadi
dilematis adalah “beban moral” meninggalkan program dan masyarakat, kami merasa
belum tuntas menyelesaikan program dengan memandirikan usaha masyarakat, apakah
kami siap meninggalkan mereka dan digantikan oleh tim yang baru yang harus
kembali beradaptasilagi dan perlu waktu untuk lebih dekat dengan masyarakat.
apakah kami siap untuk melepas canda tawa dan kebersamaan yang sudah dibangun
bersama masyrakat. Namu hal lain kami juga harus segera pergi dengan alasan
yang lebih penting. Dilematis ini lah yang belum diputuskan terutama oleh sang
pemegang kunci keputusan, coordinator kami, anatara memilih mengikuti “bedol
desa” atau memilih tetap tinggal karena masih ada “beban moral”. Hal ini belum
bisa terjawab, hanya waktu yang akan menjawabnya nanti. (dek)
No comments:
Post a Comment