Cerita ini fiksi yang diangkat dari kenyataan. Ada 2 tokoh
utama, yang pertama Ferdi, seorang pemuda yang dapat tugas disebagai
fasilitator desa dan dilla, wanita dengan senyuman yang memberi semangat. :)
desa ini berada sekitar areal tambang senakin, suasana dengan tidak
adanya fasilitas hiburan, hiburan seperti layaknya kota2 besar. Hiburan disini
berupa pantai, yang setiap hari ditemui dan bukan lagi jadi suatu hal yang
menarik. . disini tidak ada mall, paling besar adanya pasaran yang ramai setiap
minggu dihari senin. Rumah makan ini mudah terhitung, dan jika kamu setiap hari
makan diwarung kamu akan merasa bosan, karena ya itu-itu saja pilihannya. Mau
ramai-ramai, nongkrong dengan banyak orang, jangan harap kawan, orang2
diwilayah ini mayoritas pekerja tambang, banyak rumah2 kos yang disewakan, dan
orang2nya juga berasal dari berbagai daerah. Tapi ya namanya tambang, yang
setiap harinya kerja selama 12 jam, sudah tidak ada waktu lagi untuk kegiatan2
seperti itu, mau kumpul adanya tempat lokalisasi. Heemm.. bukan gaya gw deh. Atau
yang masih sering kumpul ya usia dibawah 17tahun, masih usia sekolah, umur gw
jauh banget.
Nah ditempat kerjaan seperti ini kamu harus mencari sesuatu
yang menarik dulu, yang menarik setiap harinya sehingga kamu akan tersenyum dan
betah di tempat kerjamu. Kalo kamu suka
dengan kerjaannya, jadikan itu semangatmu, kalo kamu suka orang2nya, jadikan
itu sebagai kenyamananmu, kalo kamu suka dengan perjalanannya, jadikan itu
kesenanganmu, atau jika kamu tertarik dengan gadis disimpang itu tiap pagi,
jadikan juga itu sebagai penyejukmu untuk selalu ingin berangkat kerja.
Ya ini kisah ferdi dengan gadis itu,, caille..
swiitt,,swiitt,,prokkk,,prokkk
Banyak teman itu pasti menyenangkan, rame itu pasti memecah
kesunyian. Nah itulah saat ini yang ferdi lakukan mencoba mencari banyak teman,
ga cowok/cewek, tua/muda. Karena ferdi bekerja sebagai fasilitator di desa,
sebenarnya lebih banyak teman2nya yang orang2 tua, bahkan udah kakek2. Dan obrolannya donk super dewasa, “campur 2
telur setegah matang, campur madu,, mantapp” ujar si kakek. nah lo apaan tuh ferdi
aja ga ngerti, *pura2 ga ngerti kali ya, hehe.
Nah karena kawannya banyak orang tua, mulai deh dia cari2 teman yang
sepantaran usianya, biar lebih nyambung dan lebih menyejukkan hati.
Ferdi berharap akan menemukan teman ya setidaknya seorang
wanita yang bisa menjadi penyejuk hatinya. Suatu ketika ferdi melihat seorang
wanita yang membuatnya melirik dua kali, ya entah lah siapa itu, dia juga belum
mengenal wanita itu. Ferdi melihat wanita itu di sebuah kios pulsa, setiap kali
dia lewat jalan itu sudah pasti yang dilirik adalah kios itu, “apakah aku akan
melihat wanita itu lagi”pikirnya dalam hati. Tapi memang takdir sudah mengatur,
setiap kali dia lewat di depan kios itu ferdi masih akan melihat wanita itu,
karena ternyata dialah yang punya kios itu. Dia sangat ragu untuk senyum
apalagi menyapa bisa2 disuekin deh. Ah
biarkan dia menjadi penyejuk hati saja
setiap lewat untuk berangkat kerja, jadi setiap harinya bekerja dengan penuh
semangat setiap setelah melihat wanita itu.
Ferdi bekerja di sebuah koperasi simpan pinjam yang dibangun melalui suatu
program pemberdayaan, yang nantinya koperasi ini bisa membantu menigkatkan
usaha masyarakat, dan lokasinya tidak jauh dari kios itu dan dari tempat
tinggalnya hanya jalan itulah yang dekat. Suatu hari, di kantor koperasi itu, ferdi
bertemu seorang nasabah, ya masih terbilang muda, wanita itu sedang melakukan proses
simpanan, emm sepertinya bisa diajak kenalan nh, kali aja dia kenal dengan
wanita dikios itu. Tapi ga enak donk langsung ajak kenalan gitu aja, harus
usaha dulu. Terpikirkan olehnya untuk melihat data nasabah wanita itu.nah benar
aja, ada nomor handphonenya, bisa dijadikan modal buat kenalan nih, dicoba ah,
lagian wanita itu juga sering melihat ferdi dikoperasi. Nama wanita itu acha,
di termasuk wainta yang pendiam, tidak begitu cantik memang. Dengan acha ini lah
ferdi mulai bangun komunikasi dari smsan, telpon2n, sampai akhirnya ferdi bisa juga
ketemuan dengan acha untuk sekedar makan siang, dari pertemuan itu banyak yang
diceritakan baik itu ferdi maupun acha, pengalaman acha yang asli bugis dan
baru tiga tahun didaerah ini, dan masalah keluarganya acha, dan cerita ferdi
yang bukan asli orang sini, dan sebagainya. Niatan ferdi bertemu dengan wanita
ini adalah hanya ingin menyatakan tentang wanita dikios itu, Karena sebelumnya ferdi
pernah melihat acha akrab dengan wanita itu dikios. “o iya cha, kamu kenal ga
dengan wanita dikios itu? Pengen banyak teman aja, kan aku kan orang jauh, jadi
biar betah banyakin teman aja” sambut ferdi memecah sunyi karena masing2 diam. “kenal
donk ka, itu kan mbk dila, dia kan teman akrab ku ka waktu jadi panitia
gestreknya perusahaan” balas acha antusias. Bukan hanya di kepanitian itu,
mereka juga sering satu kepanitian diacara2 desa. Nah dari pertemuan dengan
acha itulah ferdi mulai mengenal namnya, walaupun baru namanya.
Setiap kali melihat kios itu ferdi tidak lepas untuk selalu
melirik ke wanita itu, dan setiap kali ferdi senyum dengannya pasti dibalas
dengan senyumannya, senyuman yang memberikan semangat ke ferdi, bahwa
pekerjaannya sungguh menyenangkan, setidaknya perjalanan menuju tempat kerjanya
yang menyenangkan. Merasa bahwa dirinya selalu dibalas senyum oleh dilla, ferdi
akhirnya memberanikan dirinya untuk menyapa. Saat itu, dilla sedang memperbaiki
sepeda motornya disebuah bengkel yang tidak jauh dari kantor ferdi, dan dengan
keberanian yang sudah disiapkan, ferdi pun mulai teriak, “dillaa!!,,” “hai” sapa dilla membalas. Deg-degan karena
sapaannya dibales, ferdi melanjutkan basa-basinya, “kenapa mbak sepeda
motornya?” tanyanya, dengan senyum
manisnya itu “ eh, ini ada yang rusak, sekalian perbaikan rutin saja” jawab
dilla. Sambil lalu dilla pun akhirnya pulang berjalan kembali ke kios, yang
memang tidak juga jauh. Sungguh momen yang jarang didapat.
Hari berikutnya ketika bertemu muka ketika jalan melewati kios
itu, senyuman dan sapaan dilla mulai terasa lebih akrab, bahkan tak jarang
dilla pun mengangkat tangannya membalas sapaan ferdi. Sebenarnya jadwal ferdi untuk lewat jalur itu
bisa cukup sering bahkan bisa sampai 6 kali, saat pergi ke kantor, pulang istirahat
siang, balik lagi ke kantor, pulang sore ke rumah, makan malam diluar rumah,
dan pulang setelah makan malam. Tapi ga setiap melewati kios itu ferdi bisa
melihat senyumnya dan menyapa dilla, ketika banyaknya pelanggan yang datang,
sehingga sudah sangat pasti dilla sibuk dang a akan sempat lagi melihat ferdi. O
iya dari ratusan kali melewati jalur itu, ferdi sudah sangat hafal dengan
jadwalnya dilla, pagi hari dilla sekitar pukul 8 sudah beres2 kios, kemudian
jaga hingga siang, ketika banyak pelanggan, dia pasti masih dikios itu, tetapi
ketika sepi dilla pasti pulang untuk istirahat dari baru akan datang lagi pukul
1 siang, sampai sare hari pukul5 dilla melayani pelanggan untuk membeli pulsa,
setlahnya dia akan pulang utuk mandi, istrirahat dan pukul7 sudah kembali lagi
hingga pukul sembil. Dan jadwal tutup kios hanya pada hari minggu, itu juga
hanya sampai sore, karena pada malam harinya sudah buka kembali.
Saat itu ferdi hendak pulang ke rumah sore hari setelah
pulang kerja, melewati kios itu ferdi melihat acha di kios bersama dilla,
karena ferdi lebih akrab lebih dulu dengan cha, dan apalagi disana ada dilla,
ferdi meberanikan diri untuk mampir di kios, bukan untuk beli pulsa, hanya
sekedar mengobrol dan kenalan dengan dilla. Dari obrolan-obralan dilla yang
awalnya masih malu, tapi dengan dikenyaman ferdi bercerita, dilla pun membalas
obrolan dengan nyaman. Bahkan acha pun jadi hanya tersenyum melihat ferdi dan
dilla ngobrol. Dari obrolan panjang itu
lah, ferdi mulai jauh lebih akrab, bahkan bisa lihat lebih dekat senyumannya. Sore
yang cerah ketika seharian tidak melihat dilla dikios, ternyata ada sesuatu
yang beda dari dilla, bahkan akan membuat pria menoleh 3-4 kali terkagum, dilla
merubah gaya rambutnya menjadi lurus dan memiliki poni didepan, rambutnya yang
panjang hitam, sungguh membingkai wajah itu dan senyumnya yang manis tampak
mempesona. Tak ragu malam harinya ferdi berniat akan menanyakan langsung nomor
hp dilla biar bisa lebih dekat untuk komunikasi. “haii,,mbk aku mau beli pulsa
donk” kata ferdi setelh turun dari motornya, “boleh, nomornya?” sapa dilla
dengan penuh senyum. “ o iya nomor hp mu brapa ya?” lanjut ferdi dengan
gugup. ‘emm 08781725xxxx” jawab dilla tanpa ragu, dan pastinya dengan senyuman.
Dari nomor telpon itulah ferdi mulai membangun komunikasi
yang jauh lebih akrab, walaupun tidak pernah bertemu dengan sengaja, maksudnya
harus ketemuan terus, ferdi dan dilla saling menyapa dan member semnagat,
menanyakan kabar atau mengingatkan untuk makan. Ya kalo ga ferdi duluan yang
sms atau telpon pasti dilla yang akan mulai, dan yang selalu dibayangkan ferdi
adalah senyumannya
Namun sekali lagi pertemuan mereka hanya sekedar menyapa setelah
lewat didepan kios itu menunggu senyum yang mempesona, yang member semangat
utnuk ferdi. (dek)
(bersambung…)
No comments:
Post a Comment