Sunday, April 1, 2012

"senyumnya, semangatku!"


Cerita ini fiksi yang diangkat dari kenyataan. Ada 2 tokoh utama, yang pertama Ferdi, seorang pemuda yang dapat tugas disebagai fasilitator desa dan dilla, wanita dengan senyuman yang memberi semangat. :)

desa ini berada sekitar areal tambang senakin, suasana dengan tidak adanya fasilitas hiburan, hiburan seperti layaknya kota2 besar. Hiburan disini berupa pantai, yang setiap hari ditemui dan bukan lagi jadi suatu hal yang menarik. . disini tidak ada mall, paling besar adanya pasaran yang ramai setiap minggu dihari senin. Rumah makan ini mudah terhitung, dan jika kamu setiap hari makan diwarung kamu akan merasa bosan, karena ya itu-itu saja pilihannya. Mau ramai-ramai, nongkrong dengan banyak orang, jangan harap kawan, orang2 diwilayah ini mayoritas pekerja tambang, banyak rumah2 kos yang disewakan, dan orang2nya juga berasal dari berbagai daerah. Tapi ya namanya tambang, yang setiap harinya kerja selama 12 jam, sudah tidak ada waktu lagi untuk kegiatan2 seperti itu, mau kumpul adanya tempat lokalisasi. Heemm.. bukan gaya gw deh. Atau yang masih sering kumpul ya usia dibawah 17tahun, masih usia sekolah, umur gw jauh banget.
Nah ditempat kerjaan seperti ini kamu harus mencari sesuatu yang menarik dulu, yang menarik setiap harinya sehingga kamu akan tersenyum dan betah di tempat kerjamu.  Kalo kamu suka dengan kerjaannya, jadikan itu semangatmu, kalo kamu suka orang2nya, jadikan itu sebagai kenyamananmu, kalo kamu suka dengan perjalanannya, jadikan itu kesenanganmu, atau jika kamu tertarik dengan gadis disimpang itu tiap pagi, jadikan juga itu sebagai penyejukmu untuk selalu ingin berangkat kerja.

Ya ini kisah ferdi dengan gadis itu,, caille.. swiitt,,swiitt,,prokkk,,prokkk
Banyak teman itu pasti menyenangkan, rame itu pasti memecah kesunyian. Nah itulah saat ini yang ferdi lakukan mencoba mencari banyak teman, ga cowok/cewek, tua/muda. Karena ferdi bekerja sebagai fasilitator di desa, sebenarnya lebih banyak teman2nya yang orang2 tua, bahkan udah kakek2.  Dan obrolannya donk super dewasa, “campur 2 telur setegah matang, campur madu,, mantapp” ujar si kakek. nah lo apaan tuh ferdi aja ga ngerti, *pura2 ga ngerti kali ya, hehe.  Nah karena kawannya banyak orang tua, mulai deh dia cari2 teman yang sepantaran usianya, biar lebih nyambung dan lebih menyejukkan hati.
Ferdi berharap akan menemukan teman ya setidaknya seorang wanita yang bisa menjadi penyejuk hatinya. Suatu ketika ferdi melihat seorang wanita yang membuatnya melirik dua kali, ya entah lah siapa itu, dia juga belum mengenal wanita itu. Ferdi melihat wanita itu di sebuah kios pulsa, setiap kali dia lewat jalan itu sudah pasti yang dilirik adalah kios itu, “apakah aku akan melihat wanita itu lagi”pikirnya dalam hati. Tapi memang takdir sudah mengatur, setiap kali dia lewat di depan kios itu ferdi masih akan melihat wanita itu, karena ternyata dialah yang punya kios itu. Dia sangat ragu untuk senyum apalagi menyapa bisa2 disuekin deh. Ah
biarkan dia menjadi penyejuk hati saja setiap lewat untuk berangkat kerja, jadi setiap harinya bekerja dengan penuh semangat setiap setelah melihat wanita itu.

Ferdi bekerja di sebuah koperasi  simpan pinjam yang dibangun melalui suatu program pemberdayaan, yang nantinya koperasi ini bisa membantu menigkatkan usaha masyarakat, dan lokasinya tidak jauh dari kios itu dan dari tempat tinggalnya hanya jalan itulah yang dekat.  Suatu hari, di kantor koperasi itu, ferdi bertemu seorang nasabah, ya masih terbilang muda, wanita itu sedang melakukan proses simpanan, emm sepertinya bisa diajak kenalan nh, kali aja dia kenal dengan wanita dikios itu. Tapi ga enak donk langsung ajak kenalan gitu aja, harus usaha dulu. Terpikirkan olehnya untuk melihat data nasabah wanita itu.nah benar aja, ada nomor handphonenya, bisa dijadikan modal buat kenalan nih, dicoba ah, lagian wanita itu juga sering melihat ferdi dikoperasi. Nama wanita itu acha, di termasuk wainta yang pendiam, tidak begitu cantik memang. Dengan acha ini lah ferdi mulai bangun komunikasi dari smsan, telpon2n, sampai akhirnya ferdi bisa juga ketemuan dengan acha untuk sekedar makan siang, dari pertemuan itu banyak yang diceritakan baik itu ferdi maupun acha, pengalaman acha yang asli bugis dan baru tiga tahun didaerah ini, dan masalah keluarganya acha, dan cerita ferdi yang bukan asli orang sini, dan sebagainya. Niatan ferdi bertemu dengan wanita ini adalah hanya ingin menyatakan tentang wanita dikios itu, Karena sebelumnya ferdi pernah melihat acha akrab dengan wanita itu dikios. “o iya cha, kamu kenal ga dengan wanita dikios itu? Pengen banyak teman aja, kan aku kan orang jauh, jadi biar betah banyakin teman aja” sambut ferdi memecah sunyi karena masing2 diam. “kenal donk ka, itu kan mbk dila, dia kan teman akrab ku ka waktu jadi panitia gestreknya perusahaan” balas acha antusias. Bukan hanya di kepanitian itu, mereka juga sering satu kepanitian diacara2 desa. Nah dari pertemuan dengan acha itulah ferdi mulai mengenal namnya, walaupun baru namanya.
Setiap kali melihat kios itu ferdi tidak lepas untuk selalu melirik ke wanita itu, dan setiap kali ferdi senyum dengannya pasti dibalas dengan senyumannya, senyuman yang memberikan semangat ke ferdi, bahwa pekerjaannya sungguh menyenangkan, setidaknya perjalanan menuju tempat kerjanya yang menyenangkan. Merasa bahwa dirinya selalu dibalas senyum oleh dilla, ferdi akhirnya memberanikan dirinya untuk menyapa. Saat itu, dilla sedang memperbaiki sepeda motornya disebuah bengkel yang tidak jauh dari kantor ferdi, dan dengan keberanian yang sudah disiapkan, ferdi pun mulai teriak, “dillaa!!,,”  “hai” sapa dilla membalas. Deg-degan karena sapaannya dibales, ferdi melanjutkan basa-basinya, “kenapa mbak sepeda motornya?” tanyanya,  dengan senyum manisnya itu “ eh, ini ada yang rusak, sekalian perbaikan rutin saja” jawab dilla. Sambil lalu dilla pun akhirnya pulang berjalan kembali ke kios, yang memang tidak juga jauh. Sungguh momen yang jarang didapat.

Hari berikutnya ketika bertemu muka ketika jalan melewati kios itu, senyuman dan sapaan dilla mulai terasa lebih akrab, bahkan tak jarang dilla pun mengangkat tangannya membalas sapaan ferdi.  Sebenarnya jadwal ferdi untuk lewat jalur itu bisa cukup sering bahkan bisa sampai 6 kali, saat pergi ke kantor, pulang istirahat siang, balik lagi ke kantor, pulang sore ke rumah, makan malam diluar rumah, dan pulang setelah makan malam. Tapi ga setiap melewati kios itu ferdi bisa melihat senyumnya dan menyapa dilla, ketika banyaknya pelanggan yang datang, sehingga sudah sangat pasti dilla sibuk dang a akan sempat lagi melihat ferdi. O iya dari ratusan kali melewati jalur itu, ferdi sudah sangat hafal dengan jadwalnya dilla, pagi hari dilla sekitar pukul 8 sudah beres2 kios, kemudian jaga hingga siang, ketika banyak pelanggan, dia pasti masih dikios itu, tetapi ketika sepi dilla pasti pulang untuk istirahat dari baru akan datang lagi pukul 1 siang, sampai sare hari pukul5 dilla melayani pelanggan untuk membeli pulsa, setlahnya dia akan pulang utuk mandi, istrirahat dan pukul7 sudah kembali lagi hingga pukul sembil. Dan jadwal tutup kios hanya pada hari minggu, itu juga hanya sampai sore, karena pada malam harinya sudah buka kembali.

Saat itu ferdi hendak pulang ke rumah sore hari setelah pulang kerja, melewati kios itu ferdi melihat acha di kios bersama dilla, karena ferdi lebih akrab lebih dulu dengan cha, dan apalagi disana ada dilla, ferdi meberanikan diri untuk mampir di kios, bukan untuk beli pulsa, hanya sekedar mengobrol dan kenalan dengan dilla. Dari obrolan-obralan dilla yang awalnya masih malu, tapi dengan dikenyaman ferdi bercerita, dilla pun membalas obrolan dengan nyaman. Bahkan acha pun jadi hanya tersenyum melihat ferdi dan dilla ngobrol.  Dari obrolan panjang itu lah, ferdi mulai jauh lebih akrab, bahkan bisa lihat lebih dekat senyumannya. Sore yang cerah ketika seharian tidak melihat dilla dikios, ternyata ada sesuatu yang beda dari dilla, bahkan akan membuat pria menoleh 3-4 kali terkagum, dilla merubah gaya rambutnya menjadi lurus dan memiliki poni didepan, rambutnya yang panjang hitam, sungguh membingkai wajah itu dan senyumnya yang manis tampak mempesona. Tak ragu malam harinya ferdi berniat akan menanyakan langsung nomor hp dilla biar bisa lebih dekat untuk komunikasi. “haii,,mbk aku mau beli pulsa donk” kata ferdi setelh turun dari motornya, “boleh, nomornya?” sapa dilla dengan penuh senyum. “ o iya nomor hp mu brapa ya?” lanjut ferdi dengan gugup. ‘emm 08781725xxxx” jawab dilla tanpa ragu, dan pastinya dengan senyuman.
Dari nomor telpon itulah ferdi mulai membangun komunikasi yang jauh lebih akrab, walaupun tidak pernah bertemu dengan sengaja, maksudnya harus ketemuan terus, ferdi dan dilla saling menyapa dan member semnagat, menanyakan kabar atau mengingatkan untuk makan. Ya kalo ga ferdi duluan yang sms atau telpon pasti dilla yang akan mulai, dan yang selalu dibayangkan ferdi adalah senyumannya

Namun sekali lagi pertemuan mereka hanya sekedar menyapa setelah lewat didepan kios itu menunggu senyum yang mempesona, yang member semangat utnuk ferdi. (dek)
(bersambung…) 

No comments:

Post a Comment